Rabu, 27 Juni 2012

Pendidikan Luar Sekolah: Pendidikan Non Formal

Pendidikan Luar Sekolah: Pendidikan Non Formal: Tujuan Hidup/ Falsafah Hidup Manusia, Serta Kaitannya dengan Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran Saya berlindung kepada Allah dari tipuda...

Minggu, 17 Juni 2012

PAUD


A.        Pengertian Pembelajaran Terpadu
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan anak dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest).
 B.      Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
1.      Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi anak untuk belajar selanjutnya c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2.      Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
3.      Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu mengajak anak untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
4.      Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi anak dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
 
C.        Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:
1.      Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2.      Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3.      Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Kamis, 31 Mei 2012

Cara Terbaik Memahami Anak

Cara terbaik untuk memahami anak kita adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri. Caranya adalah:
1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.
Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi dukungan emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.
Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”
2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.

Nama Emosi dan Makna-nya :
  1. Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
  2. Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
  3. Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
  4. Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
  5. Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
  6. Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
  7. Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
  8. Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
  9. Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
  10. Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
  11. Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan

Senin, 28 Mei 2012

Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan Seumur Hidup dan Ranah Pendidikan
Hubungan antara manusia dan pendidikan sangat erat. Setiap orang dikenai dan terpanggil untuk melaksanakan pendidikan, aanak-anak menerima pendidikan dari orangtuanya dan bilamereka telah dewasa dan berkeluarga maka mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Pada dasarnya realisai pendidikan di Indonesia melaui beberapa jalur; pendidikan melaui jalur keluarga disebut pendidkan informal; pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik melalui jalur lembaga  pendidikan dalam sekolah (PDS) disebut pedidikan formal. Sedangkan pendidikan yang dilakukan di luar jalur keluarga dan sekolah disebutkan pendidikan luar sekolah (PLS) atau pendidikan non formal.
Pendidikan Seumur Hidup dan Ranah Pendidikan
Pendidikan sebagai semua pengalam belajar yang berlangsung lam segala lingkungan (dalam keluarga/sekolah dan atau masyarakat) dan berlangsung sepanjang hidup(PSH) yang disebut life long education, Melalui pendidikan ada ranah dalam diri manusia yang akan dikembangkan pada anak didik yaitu ranah afeksi (rasa dan karsa) atau yang lazim disebut perasaan dan kemauan. Ranah cognisi yaitu cipta otak (pikiran)dan ranah psikomotor yaitu ketrampilan.
Jika dijabarkan lebih rinci tentang pendidikan mencakup banyak hal yang bertalian dengan perkembangan manusia, mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, ketrampilan pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada perkembangan iman, mental, spiritual maka akan didapatkan hasil secara seimbang. Pendidikan membuat manusia lebih sempurna (berkualitas) atau lebih utuh dalam meningkatkan (membangun)hidupnya dari taraf kehidupan alamiah ke taraf ke hidupan berbudaya. Ada semboyan yang terkenal : “Makin tinggi kualitas SDM makin besar jaminan bahwa pembangunan akan berhasil”. Semakin banyak pendidikan yang diperoleh seseorang, semakin berbudaya orang itu. Budaya adalah segala hasil pikiran , kemauan dan karya manusi baik secara individual maupun kelompok yang berguna bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti semakin tinggi pendidikannya.Semakin tinggi budaya suatu bangsa berarti semakin tinggi harkat kemanusiaannya. Oleh sebab itu pendidikan diakui peranannya sebagai upaya memanusiakan manusia (humanisasi) agar perilakunya menjadi manusiawi (hominisasi).